STROKE Dengan "Emotional Humanoid" Melawan Ketidakwarasan


"Angin panas berhembus kencang, menghempas gejolak hamparan urban yang menyesak di antara reruntuhan gedung-gedung terbakar dan pengapnya area gang."

Begitulah sekilas gambaran yang hadir ketika mendengar "Emotional Humanoid", album perdana dari kuartet grindcore asal Bandung, Stroke yang baru saja dirilis melalui Disaster Records pada 9 September 2022 dalam format fisik berupa compact disc (CD).

Album ini didasari atas apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh indra kita sebagai manusia, yakni kegilaan terus-menurus selayak jalan menuju kehancuran. Sebuah panduan praktis untuk merespon dan 'merayakan' ketidakwarasan yang terjadi setiap waktu. Akumulasi kolektif kekecewaan, kemarahan, hingga kemuakan yang dileburkan, ditempa dan disiapkan menjadi amunisi. Dan Emotional Human adalah senapan serbu semi automatik. Senapan serbu lengkap dengan amunisi bernama emosi itu siap dikirim menuju medan perang. Perang melawan apa? Tentu saja, tidak lain dan tidak bukan: Ketidakwarasan.

Logo Stroke

Hidup di negara grindcore terbesar di Asia Tenggara, Stroke menarik kembali pembastaran genre ke titik traditional dimana grindcore ditemukan. Dengan menolak keindahan musik itu sendiri dan menggenggam teguh warisan "From Enslavement To Obliteration" milik Napalm Death dan "Helvete" milik Nasum. Hilman (vokal), Rian (gitar), Adit Sadut (bass), dan Iqqy (drum) tahu betul bagaimana cara meramu bumbu kemuakan ke dalam 16 track bertempo cepat, gahar serta provokatif. Tentunya, mereka akan menyulut emosi dan amarah pendengar terkait kondisi negeri yang makin hari makin tidak baik-baik saja. “Album ini adalah jawaban dari keresahan secara pribadi maupun sosial, apa yang kita lihat, dengar dan rasakan menjadi pondasi dari penggarapan Emotional Humanoid ini,” ujar Hilman secara singkat mewakili personel lainnya.

Terlebih dari itu, pilihan suara super berat dan renyah pada gitar dan betotan bass yang menderu keras terdengar bagaikan badai menghantam karang. Apalagi, permainan drum teknikal yang terdengar enggan kompromi membuat jantung pendengar berdegup kencang. Uniknya, Iqqy seakan meminjam jiwa Chris Adler (ex Lamb of God) dan Danny Carey (Tool) di beberapa track dengan ketukan tanggung/progresif. Khusus pada vokal, pendengar seakan dibawa jauh ke era ‘80-an ketika pertama kali album "Drop Dead" dari Siege memperkenalkan musik power-violence kepada dunia, membuat pendengarnya ingin berteriak lantang.

Mockup CD "Emotional Humanoid"

Hal-hal tersebut membuat album penuh ini semakin kaya dan variatif. Di sisi lain, Stroke juga mendorong eksplorasi yang lebih luas dengan menggaet punggawa band cadas lainnya. “Yang membedakan dari penggarapan album ini kami mengajak beberapa kolaborator untuk mengisi di beberapa materi,” tutur Hilman. “Dan juga dalam proses perekaman untuk album ini kami pakai beberapa studio yang berbeda”. Lanjutnya.

Para kolaborator pun bisa didengar dalam lagu “Living Next Door To Hell” yang menampilkan Lord Butche (The Cruel) dan “114(2)” yang mengajak sobat masa kecil sang vokalis, Uba (Kepal). Sementara pada track penutup “Emotional Humanoid”, Stroke menyajikan musik harsh noise berdurasi 3 menit 35 detik yang mengukuhkan bahwa musik grindcore menolak keindahan musik.

Band cadas yang berdiri sejak 2013 ini, melepas demo pertama yang dibagikan secara gratis sebanyak 500 keping pada medio 2015 lalu. Barangkali, Emotional Humanoid adalah representasi ugal-ugalan nan liar yang bisa menjadi jawaban atas kerinduan khalayak generasi baru kancah musik, khususnya grindcore di Kota Bandung. 

Setelah ini, Stroke bakal memboyong Emotional Humanoid ke penampilan-penampilan mereka yang akan datang di berbagai skala event. Kabarnya, mereka pun akan segera menghelat sebuah showcase merayakan album perdananya dalam waktu dekat. Selamat mendengarkan!

Lagu "Emotional Humanoid" di Youtube:

Credit :
Logo, sampul dan layout : @sarcofagore
Proses rekaman : Yeah Studio dan Pohaci Studio
Engineered : Bimo dan Ibrahim Adi
Mixed and Mastered : The Pandoralabs
Musik dan lirik : Stroke, kecuali lirik "114(2)" dan "Living Next Door to Hell" oleh Uba Kepal.

Contact :
Email : strokegrindcore@gmail.com
Facebook : Stroke Grindcore
Instagram : @strokegrind
Bandcamp : Stroke
ReverbNation : STROKE

#stroke #grindcore #emotionalhumanoid #indonesiangrindcore

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambutan 'Selamat Datang' dari RAW-ON

Tebus Kebekuan, INNERBEAUTY Lantunkan "Strains of Tone"

JVICI : Nihilisme Dalam Balutan Noise Punk